Wednesday, April 11, 2018

Sebuah Cerita dalam kelas Bahasa Inggris


Di dalam ruang kelas Bahasa Inggris nampaklah murid-murid duduk manis dan siap untuk memulai pelajaran ari itu. dalam benak saya terbayang bahwa mereka adalah para calon musisi, aktivis, guru, disainer, penyanyi, politisi, polisi, TNI, dokter, dosen, perawat, ibu rumah tangga, dan masih banyak lagi profesi yang kelak akan mereka jalani setelah lulus atau keluar (putus) dari sekolah. saya adalah pengajar bahasa Inggris dan saya tanya pada mereka "apakah anda butuh saya?" oke, pasti mereka akan menjawab "pak, saya butuh bapak" itu jawaban yang jujur dan mungkin terpaksa karena takut di bully oleh temannya atau di "tandai" sebagai siswa bandel oleh saya sebagai guru pada saat itu.
setelah itu saya bertanya lagi pada mereka "kamu cita-citanya mau jadi apa?" saat saya tunjuk kesalah satu murid seketika itu wajahnya langsung merah, tegang dan gugup, sambil berusaha menjawab perntayaan saya murid itu berusaha menenangkan dirinya supaya tidak panik. saya tunggu beberapa saat dan agak lama juga akhirnya murid itu menjawab "saya bingung pak" lalu saya
merespon jawabannya "oh... gitu ya, jadi kamu belum tau ya cita-cita kamu nanti. padahal kamu sudah kelas tiga SMK lho? kok klamaan ya mikirin cita-cita" tiba-tiba siswa sekelas tertawa. saya termenung beberapa saat dan muncul pertanyaan dalam diri saya "kenapa anak 16 tahun tidak punya cita-cita?" jangan-jangan mereka tidak diberi kesempatan atau waktu untuk memikirkan dan merencanakan hidupnya?.

"baiklah anak-anak, sekarang ayo tunjuk tangan siapa saja yang sudah punya cita-cita atau sudah ada rencana untuk hidupnya kedepan?" saya persilahkan murid saya untuk menunjuk tangan dan menyampaikan cita-citanya, tapi lama sekali saya tunggu para murid tidak ada yang mengacungkan tangannya, lalu saya tanya dan berikan kesempatan lagi "ayolah kalian harus berani dan jangan malu untuk menceritakan cita-citanya" dan setelah itu barulah 4 orang siswa dari 25 siswa dikelas itu yang berani tunjuk tangan. lalu saya tanya satu persatu dan mempersilahkan mereka untuk menjelaskan/menceritakan rencana hidupnya atau cita-citanya.
Dari cerita diatas kali ini saya coba menganalisa sebuah fakta bahwa banyak siswa bingung menentukan arah dan jalan hidupnya, bahkan sebagian tidak tahu tujuan hidupnya; apa dan bagaimana?. ini sangat miris dan ironi, dimana harusnya setiap individu sudah merencanakan hidupnya sebelum masuk sekolah. mengapa demikian? karena sekolah adalah sistem yang dibangun untuk mendukung dan menjadi modal untuk meraih cita-cita setiap individu. dan banyak lagi yang mengatakan bahwa "cita-cita diperjuangkan dan diraih setelah lulus sekolah" jadi apakah sekolah menjadi sistem yang membuat orang menunda kesuksesannya? kalau saja untuk menjadi seorang disainer dia cukup waktu 3 tahun untuk menjadi profesional dan terkenal, mengapa mesti menghabiskan 16 tahun di bangku sekolah hingga universitas? ini menggambarkan bahwa sistem pendidikan yang dibuat sudah tidak relevan lagi.

Kelas bahasa inggris yang saya ampu seharusnya dapat mendukung cita-cita anak didik, misalnya ada siswa saya yang bercita-cita ingin menjadi polisi maka cara belajar siswa tersebut tidak sama dengan yang cita-citanya ingin menjadi pelukis. untuk yang menjadi polisi harusnya bahasa inggris menjadi kecakapan pembantu dalam memantapkan karirnya nanti di kepolisian (walaupun belum tentu menjadi polisi) dan yang menjadi pelukis bahasa inggris menjadi pengantar dia dalam memperkenalkan karyanya ke masyarakat luas atau internasional.

Teknis pembelajarannya saya contohkan, misalkan materi hari ini adalah tentang "invitation" maka setiap siswa memahami dan mengerjakan tugasnya sesuai dengan sudut pandang dan cara masing-masing. invitation bagi seorang disainer dengan seorang guru pasti beda isi atau contennya tapi term atau kaidahnya bisa menggunakan kaidah umum. ini akan sedikit menantang dan menumbuhkan minat anak didik, dimana seorang yang ingin menjadi pengusaha akan fokus pada pengembangan usahanya dan menggunakan bahasa inggris sesuai dengan porsinya. timbulah sebuah pertanyaan di fikiran siswa "saya adalah seorang penyanyi, kalau saya menyanyikan lagu yang berbahasa inggris gimana ya caranya supaya benar, bagus dan enak didengar? trus kalo saya terkenal dan tour ke beberapa negara saya harus bisa bahasa inggris, trus saya mulai dari mana ya?" jika siswa sudah pada tingkat berfikir seperti itu maka siswa sudah tumbuh motivasi dan gairah dalam belajar contohnya mempelajari bahasa inggris. maka kondisi itulah yang menjadi syarat sebuah kelas mata pelajaran untuk dapat di bentuk dan dijalankan. artinya siswa merasa butuh dan mau menerima materi serta melakukan latihan.

Nantinya dikelas akan tergambar suasana yang kompleks atau beragam, dimana satu siswa dengan siswa lain akan bertanya dengan pertanyaan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. yang calon Tentara dengan yang calon pramugari pertanyaanya pasti berbeda dengan situasi yang berbeda pula.

Tapi perlu di beri perhatian juga, siswa dengan tingkat kedewasaan mereka yang belum matang atau masih labil, biasanya cita-cita mereka akan selalu berubah-ubah. hari ini ingin jadi pilot besok bisa ingin jadi masinis dan lain sebagainya. dalam kondisi ini guru jangan hawatir atau meragukan konsistensinya apalagi jangan sampai mengolok-olok. karena pada hakikatnya kondisi kebutuhan, keinginan dan cinta-citanya biasanya terasimilasi dengan lingkungan siswa itu sendiri. atau mungkin siswa sudah melakukan dan menjalankan proses menuju cinta-citanya lalu mereka berfikir ulang karena yang ia anggap bagus ternyata tidak cocok atau mereka tidak suka. "cita-cita saya sebelumnya ingin jadi dokter tapi saya berubah fikiran karena menjadi dokter itu sulit dan mahal dan ternyata saya sangat senang dengan acara bedah kasus di TV tentang pidana, kriminal dan lain-lain saya juga sering baca di media cetak dan elektronik tentang kasus-kasus hukum dan ini membuat saya bergairah karena saya ingin ada di situ sebagai orang yang berhasil memecahkan sebuah masalah" itu adalah salah satu pengakuan dari teman saya yang berprofesi sebagai pengacara.

Kesimpulannya bahwa mengajar dikelas adalah sebuah kesempatan yang berharga bagi seorang guru, karena disini guru mampu membantu siswa dalam meraih cita-citanya. jangan paksakan siswa harus belajar dan memahami seperti gurunya dan jangan sia-siakan waktu yang mereka miliki bersama kita sebagai guru.

0 komentar:

Post a Comment

terimakasih telah membaca artikel ini, kami harapkan saran dan kritiknya karena pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar.